Kajian Histori
Tari Nyambai
1. Sejarah
Tari Nyambai
Tari nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan
masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan
dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai diambil dari kata Cambai
dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih menjadi simbol keakraban bagi
masyarakat Lampung pada umumnya. Oleh karena itu, sirih digunakan dalam
kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki makna berbeda-beda
tergantung penempatanya.
Nyambai adalah acara pertemuan khusus diselenggarakan untuk Meghanai
(bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan,
dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di lain pihak, kehadiran
tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media
untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu,
tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin
Tari Nyambai tergolong sebagai tari klasik, penampilan tari
Nyambai diikuti dan dihadiri oleh kalangan bangsawan, yang diselenggarakandi Lamban
Gedung. Lamban Gedung merupakan tempat tinggal Ketua Adat sekaligus istana
yang digunakan untuk musyawarah adat.
Menurut Suntan Sarif seorang tokoh adat dan Ketua Marga Way Napal
mengungkapkan bahwa, tari Nyambai sudah dipertunjukan sebelum Indonesia
merdeka namun tidak diketahui secara pasti awal kemunculannya. Tari Nyambai
adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara perkawinan
yang ditarikan oleh putra dan putri dari para para ketua adat. Tari ini
dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan daerah kebangsawan adat
Saibatin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya tari Nyambai
bagi adat Saibatin menunjukan adanya sebuah pretise dan legitimasi
seorang Ketua Adat. Lebih lanjut Suntan Sarif mengungkapkan bahwa, tari Nyambai
pada masa Hulubalang pada masa kerajaan Paksi Pak Skla Brak diajarkan oleh
Hulubalang Raja dari generasi ke generasi secara turun temurun. Tari Nyambai
adalah adat yang erat kaitannya dengan pertemuan bujang dan gadis yang
diselenggarakan pada malam sebelum upacara perkawinan.
Pada perkembangannya, tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota
masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun
tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun
dibalai Adat. tidak tergantung pada waktu dalam arti dapat dipentaskan
siang ataupun malam hari. Perubahan itu, menjadikan tari Nyambai
tetap eksis di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.
Sebagai sebuah pertunjukan dalam konteks pertunjukan, tari Nyambai dikategorikan
sebagai tarian khas dalam upacara perkawinaan adat (Nayuh Balak).
Upacara perkawinaan adat ini juga merupakan acara pemberian gelar adat kepada
pengantin, untuk menggantikan kepemimpinan berikutnya.
Tari Nyambai juga memiliki persyaratan-pesyaratan khusus yang
harus dipenuhi sebelum mengadakan tari Nyambai beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi antara lain: pertama, pesta perkawinaan diadakan secara besar (Nayuh
Balak) yaitu pelaksaannya dilaksanakan selama tujuh hari. Pada
perkembanganya, waktu pelaksaannya dipersingkat menjadi tiga hari tiga malam
untuk menghemat biaya. Kedua, memotong kerbau, dengan maksud daging
kerbau akan digunakan untuk mejamu para tamu undangan. Ketiga, membuat
kue adat oleh saudara perempuan yang sudah menikah (nakbay) di
antaranya: juwadah, wajik, cucor Mandan,
dan buak keras, salimpok. Semua bahan kue terbuat dari beras ketan.
Makna beras ketan bagi masyarakat Lampung adalah untuk menjalin kerekatan
hubungan kekerabatan, untuk itu kue tersebut merupakan kue adat yang harus ada
di setiap pelaksaan upacara adat. Pelaksaan tari Nyambai belum
dapat dimulai, jika kue ini belum diserahkan oleh nakbay.
2.
Fungsi Tari Nyambai
Fungsi Tari Nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan
dalam konteks upacara perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para
para ketua adat. Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap
mempertahankan daerah kebangsawan adat Saibatin. Tari Nyambai tidak
hanya berfungsi sebagai sarana upacara saja akan tetapi juga cermin tantanan
nilai budaya masyarakat, hal ini tercermin diantaranya pada tradisi upacara
perkawinan sebagai sistem kepercayaan yang melibatkan seni pertunjukan.
3.
Bentuk Pertunjukan Tari Nyambai
Bentuk pertunjukan tari Nyambai daerah pesisir terdiri dari dua
rangkaian, yaitu tari kipas dan tari dibingi. Tari ini
merupakan tari berpasangan, ditarikan oleh dua orang muli (gadis) dan
dua orang Meghanai (bujang) secara bergantian. Adapun tata cara
dalam pelaksanaan tari Nyambai, dapat diuraikan sebagai berikut.
Pertama, Jenang menghadap Ketua Adat memberitahukan bahwa acara akan
segera dimulai, setelah disetujui oleh Ketua Adat kemudian Jenang memanggil
kepala Bujang dari masing-masing Marga, untuk bermusyawarah menentukan urutan
peserta yang tampil. Urutan yang tampil yang tampil telah disepakati
antar kepala-kepala bujang, kemudian acara berikutnya penyampaian tata tertib
(tangguh) kepada kelompoknya masing-masing. Kepala bujang dari
masing-masing marga segera menyampaikan tangguh dan memberitahukan urutan
penampilan kepada para peserta tari.
Sebelum tari Nyambai dipertunjukan, diawali dengan pemberian sirih
dan Lampit yang di bawa oleh Muli dan Menghanai Batin pihak tuan
rumah (baya). Sirih ini akan diberikan kepada Muli dan Meghanai
lainnya. Sirih dan Lampit diletakan di hadapan Muli dan Meghanai sebagai
pertanda sebagai penampil berikutnya.
Tari Nyambai dimulai dengan urutan pertama, yaitu ditarikan oleh Muli
Batin dan Meghanai Batin dari pihak tuan rumah (baya), dengan urutan
sajiannya sebagai berikut:
a.
Tari Nyambai ditarikan oleh Muli Batin kemudian
dilanjutkan oleh Meghanai Batin.
b.
Tari Nyambai ditarikan oleh Muli dan Meghanai dari
para undangan, secara bergantian dari Marga satu degan Marga lain.
Setelah semua
warga tampil, acara tari Nyambai ditutup, Jenang kembali
menghadap Ketua
Marga untuk melaporkan bahwa acara tari Nyambai telah selesai, berjalan sukses
dan lancar. Setelah mendapatkan izin dan restu dari Ketua Marga, Jenang
kembali menuju kelasa dan menyampaikan kepada peserta bahwa acara
penyambaian telah selesai. Acara kemudian ditutup dengan berdoa dan
diakhiri dengan makan bersama.
Tari Nyambai daerah pesisir lebih banyak mendapatkan pengaruh budaya
Jawa, Banten, dan Bengkulu. Budaya Jawa yang dimaksud adalah budaya keraton,
kemungkinan budaya keraton ini mendapat pengaruh dari kerajaan di Jawa.
Adanya unsure budaya kraton terlihat dari cara berjalan para penari, ketika
akan memasuki arena pertunjukan cara berjalannya dilkukan dengan berjongkok
sebagai penghormatan kepada Raja.
4.
Pelaku
Pelaku adalah orang yang terlibat di dalam sebuah pertunjukan, pelaku
pertunjukan tari Nyambai adalah: penari yaitu gadis (Muli),
bujang (Meghanai), pemusik dan pengatur acara (Jenang).
5.
Tema Tari
Tema tari Nyambai adalah rasa kebersamaan, kegotong-royongnan,
keakraban dan pengikat tali silaturahmi. Hal ini dikarenakan sebelum tahun
1980an pergaulan bujang dan gadis sangat diatur ketat, dapat dikatakan tidak
ada kesempatan bagi mereka bertatapan langsung untuk saling berbincang-bicang.
6.
Gerak
Tari Nyambai merupakan perpaduan dari dua bentuk pertunjukan yaitu
tari
Dibingi dan tari
Kipas. Gerak dalam tari Nyambai terdiri dari tiga ragam yaitu, kekindai,
Ngesesayak, dan Mampang kapas. Tiga ragam gerak ini
dilakukan oleh Muli dan Meghanai secara
berulang-ulang. Ragam gerak memiliki keunikan pada gerak yang dilakukan
pada level rendah (jongkok).
7.
Pola Lantai
Pola lantai tari Nyambai pada penari bujang dan gadis akan
dijabarkan berdasarkan geraknya, yaitu gerak di tempat dan gerak berpindah
tempat (locomotion). Gerak awal dan akhir posisi penari sejajar, saling
berhadapan-hadapan kemudian saling beradu pundak kiri dan kanan.
8.
Musik Tari Nyambai
Musik yang untuk mengiringi tari Nyambai, menggunakan dua alat musik
yaitu Rebana dan Kulintang, berbeda dengan kulintang yang dikenal umum,
yang bila dilihat secara fisik merupakan instrument yang terbuat dari
bilah-bilah bambu. Kulintang Lampung bentuknya hampir sama dengan
beberapa instrument yang tersebar di seluruh nusantara, misalnya Totobuang
(Maluku), Talempong (Sumatra Barat) atau Bonang dalam karawitan Jawa.
Selain kedua alat musik tersebut, tari Nyambai juga diiringi oleh alunan
pantun yang disebut nga’ududang.
9.
Rias dan Busana
Tata rias yang digunakan dalam pertunjukan tari Nyambai adalah
tata rias korektif (corrective make-up), yaitu rias cantik dengan mempertebal
garis-garis pada mata, bibir, pipi dan hidung. Fungsi dari tata rias tari
Nyambai hanya untuk memperindah serta mempercantik penampilan
saja. Busana tari Nyambai yang dikenakan oleh penari bujang (Meghanai)
adalah: kain Tapis sarung gantung biasa tidak diserongkan, kopiah, celana
panjang, dasi, dan baju jas/baju teluk belanga. Busana yang dikenakan
oleh gadis (Muli) menggunakan kebaya (baju kurung), selendang yang
disampirkan di bahu, kain tapis jung sarat, kalung papan jajar, serta sanggul
yang dihiasi dengan kembang goyang.
Sumber:
http://kebudayan.blogspot.com/2011/04/tari-nyambai.html/lisa
I wanted to thank you for this great post!! I enjoyed every little bit of it, I have you bookmarked and waiting for all the new stuff you post.
BalasHapus2002 Jeep Wrangler AC Compressor