Ngajalang Tradisi Masyarakat Lampung
Setiap Lebaran Idul Fitri tiba, banyak diantara mereka yang hidup diperantauan kembali kekampung halaman (mudik) untuk merayakan hari kemenangan bersama sanak keluarganya di kampung. Mudik memang telah menjadi tradisi di negeri ini, tak terkecuali saya, setiap lebaran saya juga selalu meluangkan waktu untuk mudik dalam rangka menguatkan tali silaturahim baik kepada sanak keluarga maupun warga sekampung lainnya.
Ada tradisi yang sangat menarik dalam perayaan Lebaran Idul Fitri, khususnya di wilayah Krui yang terletak di Pesisir Barat Lampung Barat. Tradisi ini dikenal dengan nama Ngajalang-Pangan.Tradisi Ngajalang-Pangan biasanya dilakukan setiap tahunnya pada saat merayakan hari kemenangan Idul Fitri setelah selesai menjalankan ibadah Puasa Ramadhan. Setiap Pekon (desa) mengadakan acara Ngajalang-Pangan secara bergantian yang dipusatkan di masjid-masjid.
Dalam Tradisi Ngajalang-Pangan, setiap Pekon yang mendapat giliran, mengundang saudara atau kerabat dari pekon-pekon tetangga. Acara pangan dimulai dengan penyambutan tamu yang di iringi dengan pukulan canang dan gong, kemudiansambutan-sambutan dari pihak pengundang dan doa bersama yan g dipimpin oleh seorang ulama setempat.
Biasanya, setiap pekon mengadakan acara Ngajalang-Pangan, juga menyiapkan makanan berupa kue-kue dan dilanjutkan dengan makan nasi dengan lauk-pauk yang terbaik, sebagai sedekah yang merupakan wujud syukur atas nikmat yang diterima. Makanan tersebut disajikan diatas Pahar (nampan khusus) yang dikumpulkan dari setiap kepala keluarga yang tinggal di daerah tersebut.
Pada saat santapan makan ini, sering diselingi dengan acara berbalas pantun/talibun yang memiliki nilai sastra yang tinggi, sehingga tidak semua orang dapat melakukannya. Tujuan utama dari Tradisi Ngajalang-Pangan ini adalah ajang silaturahim dan sarana untuk saling bermaaf-maafan.
Acara ini juga dihadiri oleh Pemangku Adat, Pemuka Agama, tokoh masyarakat dan Peratin setempat.
Sumber:
http://lambanbanjarmasin.wordpress.com/sastra-budaya/
Kalau di pekon kami (pekon perpasan,way nukak) ngejalang ada 3 tahapan yaitu pertama: ngejalang pangan yaitu pas pada saat hari raya (1 syawal), kedua: ada ngejalang kuburan (2 atau 3 syawal) dan yang ketiga ada ngejalang tuha (4 syawal) ini khusus buat jurai/keturunan paksi buay bejalan diway yang tinggal dan menetap di pekon perpasan.
alat yang digunakan adalah Pahar, mirip dengan yang ada pada adat minang yang biasa mereka sebut Carano, merupakan wadah yang yang terbuat dari kuningan berbentuk bulat serta dipenuhi ukiran serta digunakan dalam berbagai upacara adat dan menjadi tempat untuk menaruh benda2 yang akan digunakan dalam upacara adat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar