MENGENAI SAYA (SALAM KENAL, SALAM ANGKON, KHIK SALAM KEMUAKHIAN)

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
Nurwan dilahirkan di Pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Krui Pesisir Barat pada tanggal 16 Januari 1988. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara (kakak dari Rika Diana, Laila Roza dan Azmi Fikron) anak pertama dari pasangan Bak Zuandi bin M. Nuh dan Mak Nurbaiti binti M. Samman. Merupakan salah satu keturunan dari Paksi Buay Bejalan Diway yang turun dan menetap serta menurunkan Jurai Radin Bangsawan dan Djagakoe di Pekon Perpasaan Way Nukak Krui Pesisir Barat.

Minggu, 11 Maret 2012

ASAL USUL (SEJARAH) SIGER LAMPUNG



Oleh Nurwan Gawoh
(Jurai Bejalan Diway Pekon Perpasan Krui).
Bandar Lampung, 02 Maret 2012.

Siger, atau dalam bahasa Lampung saibatin adalah Sigokh, memang sangat identik dengan Lampung, ini bukan tanpa alasan. Dalam suku Lampung siger merupakan suatu benda yang sangat penting, baik yang beradat Saibatin maupun yang beradat Pepadun. Siger merupakan mahkota keagungan dalam adat budaya Lampung dan tingkat kehidupan terhormat suku Lampung. Biasanya, Siger biasanya digunakan oleh pengantin perempuan suku Lampung pada acara pernikahan ataupun acara adat budaya lainnya. 
Kini siger bukan hanya digunakan sebagai mahkota pada acara adat Suku Lampung, namun juga telah menjadi icon berupa hiasan dan lambang kebanggaan Provinsi Lampung, ini dapat dilihat seperti di kabupaten Lampung Selatan, tepatnya di dekat pelabuhan Bakauheni telah dibangun sebuah menara berbentuk siger dengan nama Menara Siger, di kabupaten-kabupaten lain pun banyak menggunakan siger sebagai hiasan pada tugu-tugu dan kantor-kantor pemerintahan dan perusahaan. Kemudian bebarapa tahun ini di kota Bandar Lampung, setiap bangunan seperti toko,ruko,pusat perbelanjaan dan setiap bangunan yang berada di jalan kota Bandar Lampung telah diwajibkan menggunakan hiasan siger diatas pintu masuk atau diatas (atap) pada bangunannya.
Sang Bumi Rua Jurai adalah semboyan provinsi Lampung, dengan pengertian : “Di tanah (suku) Lampung terdapat satu kesatuan dari dua adat yang berbeda, yaitu Lampung Pesisir dengan adat Saibatin dan Lampung Abung dengan adat Pepadun”. Namun ketika kita memperhatikan bentuk siger dari masing-masing dari keduanya ternyata ada perbedaan antara Siger Saibatin dan Siger Pepadun. Hal  yang paling mencolok yaitu lekuk pada Siger, untuk yang beradat Saibatin siger yang digunakan memiliki lekuk berjumlah tujuh (Sigokh/Siger Lekuk Pitu) sedangkan untuk yang beradat pepadun menggunakan siger dengan lekuk berjumlah Sembilan (Siger Lekuk Siwo/Siwa). 
Untuk itu dalam kesempatan ini saya coba menuliskan hasil dari analisis saya yang diharapkan mampu  mencari titik temu dari perbedaan diantara keduanya:

                                      
                                            Siger Saibatin                                              Siger Pepadun
                                                 
Siger Saibatin

Seperti yang dilihat pada gambar diatas bahwa siger pada suku Lampung yang beradatkan saibatin memiliki lekuk tujuh dan dengan hiasan batang/pohon sekala di masing-masing lekuknya, ini memiki makna ada tujuh adok/gelar pada masyarakat pesisir yaitu Suttan/dalom, Raja jukuan/dipati, Batin, Radin, Minak, Kimas dan Mas/inton, gelar/adok ini hanya dapat digunakan oleh keturunan lurus saja, dengan kata lain masih kental dengan nuansa kerajaan, dimana kalau bukan anak raja dia tidak berhak menggunakan gelar/adok raja begitu juga dengan gelar/adok lainnya. 

Sedangkan bentuknya, siger saibatin sangan mirip dengan Rumah Gadang kerajaan Pagaruyung seperti Istano Si Linduang Bulan, yaitu rumah pusaka dari keluarga besar ahli waris dari keturunan Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung dan juga Museum Adityawarman di daerah Minangkabau, provinsi Sumatra Barat, (lihat gambar dibawah). karena itulah maka adat budaya Lampung saibatin mendapat pengaruh dari kerajaan Pagaruyung, hal ini sangat berkaitan dengan sejarah berdirinya Paksi Pak Sekala Bekhak (Buay Bejalan Diway, Buay Pernong, Buay Nyerupa dan Buay Belunguh), dimana pada masa masuknya islam di daerah lampung pada masa kerajaan di tanah sekala bekhak, mendapat pengaruh dari kerajaan pagaruyung yang di sebarkan oleh Ratu Ngegalang Paksi. Selain itu banyak kesamaan antara adat saibatin dengan adat pagaruyung seperti pada saat melangsungkan pernikahan, tata cara dan alat yang digunakan banyak kemiripan. 


 


Siger Pepadun
Siger pepadun memiliki lekuk Sembilan yang berartikan ada Sembilan Marga yang bersatu membentuk Abung Siwo Megou. Tapi bentuk dari siger pepadun sangat mirip dengan buah sekala, hal ini pun bukan mustahil dikarenakan kerajaan sekala bekhak merupakan cikal bakal ulun lampung, dan proses terbentuknya abung siwo megou merupakan penyebaran orang lampung dari dataran tinggi Sekala Bekhak di Gunung Pesagi. Ini dapat dilihat dari tambo Buay Bejalan Diway bahwa Ratu Dipuncak meninggalkan kerajaan Sekala Bekhak untuk mencari daerah baru bersama keluarganya, Ratu Dipuncak memiliki empat orang putra yaitu Unyi, Unyai, Subing dan Nuban yang merupakan keturunan Paksi Buay Bejalan Diway serta lima Marga lainnya yaitu Anak Tuha, Selagai, Beliyuk, Kunang dan Nyerupa yang merupakan keturunan dari tiga Paksi lainnya sehingga menjadi Abung Siwo Mego. Namun berbeda dengan siger pesisir yang mirip rumah gadang, siger pepadun justru mirip dengan buah sekala.
Seiring dengan penyebaran penduduk dan berdirinya beberapa kebuayan maka yang menggunakan adat pepadun bukan hanya abung tetapi juga oleh kebuayan lain yang kemudian membentuk masyarakat adat sendiri, seperti Megou Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan), Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi), serta Sungkay-WayKanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur).
      
                           


Bila diperhatikan lagi yang menjadikan berbeda antara siger pepadun dan siger saibatin adalah pada lekukan yang berada ditengah, pada siger pepadun ada tambahan dua kelopak sekala sehingga jumlahnya menjadi Sembilan, dan hiasan buah sekala yang bertingkat.   
          
Siger Tuha (Tua)



Ini adalah Siger tua, merupakan siger yang digunakan pada zaman animisme-hindu-budha. Ini masih dapat dijumpai karena masih ada yang menyimpannya khususnya pada kesultanan paksi pak sekala bekhak. Pada zaman dahulu siger tidak memiliki aturan pada jumlah lekuk yang digunakan, dan yang boleh menggunakan hanya keturunan saibatin (bangsawan) saja atau sama dengan mahkota pada raja-raja saja. pada siger tua jelas terlihat berbentuk buah sekala dengan hiasan pohon sekala diatasnya. Ini membuktikan bahwa pada dasarnya siger itu menggambarkan tentang sekala.
          
Kesimpulan :
   
Siger Lampung menggambarkan tentang Sekala. Ini dapat dilihat dari Siger saibatin walau mirip dengan rumah gadang karena dipengaruhi kerajaan pagaruyung tetapi masih terdapat batang/pohon sekala diatas lekukannya, sedangkan Siger pepadun diatas lekukan yang berada ditengah terdapat dua kelopak buah sekala dan buah sekala yang bertingkat, bahkan hampir secara keseluruhan menggambarkan buah sekala. ini semakin menjelaskan dan membuktikan bahwa orang lampung berasal dari kerajaan sekala bekhak.


11 komentar:

  1. Tidak mewakili lampung secara seluruhan hanya sektoral ( lambar dan abung ) d mana Marga Lain ex: way kanan, mego pak tulang bawang, bunga mayang dll..#jayalah Lampung

    BalasHapus
    Balasan
    1. It's just about siger, no other..dang nayah ago..perbdaan siger pepadun dan saibatin, bukan tentang daerah ini dan itu✌✌✌

      Hapus
  2. saya merasa bangga jadi jamma lampung walau khadu 24 tahun takhu di jawa timur

    BalasHapus
  3. saya merasa bangga jadi jamma lampung walau khadu 24 tahun takhu di jawa timur

    BalasHapus
  4. walau kita tidak sama siger lampung ada saibatin dan papadun saya bangga.kita harus menjunjung tinggi adat istiadat lampung.pertahankan budaya kita jangan sampai di rusak oleh pendatang.

    BalasHapus
  5. Siger yg 5 lekuk gak dijelasin ya?

    BalasHapus
  6. TABIK PUUN,...SAYA BERSUKU JAWA TETAPI ISTRI SAYA ASLI SUKADANA, SAYA SEDANG MENGGALI SEGALA ASPEK SOSOAOL BUDAYA LAMPUNG, MAKANYA EKSPLORE SAMPAI SINI, TERMASUK SEDANG MEMBUAT NOVEL TENTANG MASUKNYA BELANDA DI SUKADANA, FOKLORE SIGER AJAIB YANG MENJADI CERITA REKYAT DI MARGA SEKAMPUNG... SAYA LAMPUNG YANG BERETNIS JAWA...SALAM BUDAYA

    BalasHapus

PENCARIAN

LAMBANG PAKSI BEJALAN DIWAY

LAMBANG PAKSI BEJALAN DIWAY
PEKON PERPASAN (WAY NUKAK) KRUI PESISIR BARAT