MENGENAI SAYA (SALAM KENAL, SALAM ANGKON, KHIK SALAM KEMUAKHIAN)

Foto saya
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
Nurwan dilahirkan di Pekon Kebuayan Kecamatan Karya Penggawa Krui Pesisir Barat pada tanggal 16 Januari 1988. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara (kakak dari Rika Diana, Laila Roza dan Azmi Fikron) anak pertama dari pasangan Bak Zuandi bin M. Nuh dan Mak Nurbaiti binti M. Samman. Merupakan salah satu keturunan dari Paksi Buay Bejalan Diway yang turun dan menetap serta menurunkan Jurai Radin Bangsawan dan Djagakoe di Pekon Perpasaan Way Nukak Krui Pesisir Barat.

Selasa, 28 Februari 2012

MASAKAN KHAS KRUI: GULAI BEBAT DAN PANDAP/BABUTUK...






Bebat adalah sejenis keladi . Untuk pastinya lihat saja gambar di atas. Batang bebat menyerupai talas, tetapi tidak mempunyai umbi, dan pertumbuhannya tidak sebesar talas. Bebat umumnya tumbuh di tanah yang basah, di rawa-rawa, di pinggir sungai, di tempat-tempat yang tanahnya gembur. Ciri khas dari tumbuhan ini adalah daunnya yang tidak basah terkena air dan batangnya berwarna agak putih.



Daun bebat atau keladi ini merupakan salah satu bahan sayuran yang biasa dijadikan masakan oleh masyarakat Krui, pesisir lampung barat, baik dimasak sebagai gulai, yang dikenal sebagai gulai bebat, bisa juga dibuat sejenis pepesan yang dikenal sebagai Pandap/Babutuk.
Gulai bebat dibuat dari daun bebat yang masih kuncup (lihat gambar dibawah), sedangkan pandap/babutuk terbuat dari daun bebat yang masih muda yang sudah mekar. Daun bebat yang masih kuncup bertekstur lembut sehingga mudah hancur atau robek,  Itulah sebabnya daun bebat yang digulai hancur lebur menyerupai bubur, tidak lagi berbentuk daun.



Untuk membuat gulai bebat diperlukan bumbu-bumbu seperti kunyit (porsinya lebih banyak ini gunanya untuk menghilangkan rasa Gatal atau Mekhidek ketika dimakan, bisa juga ditambah beberapa biji pinang (buah), cabe (uyah/sia lalak), garam (uyah/sia buku),  dan bumbu dapur (Babukha)  lainnya , kemudian dimasak (ti pekhos masin pai *bahasa indonesianya saya tidak tahu) selama berjam-jam bahkan terkadang lebih dari setengah hari lamanya, dibiarkan Mendidih (Dek-dek *bahasani jelma khatong ji, hahaaa)  dengan api yang terus membara hingga daun bebat hancur menjadi seperti bubur, kemudian terakhir diberi santan kelapa (Taboh Katok) untuk membuat kuahnya dan biarkan sampai matang.



Gulai bebat akan lebih enak bila dicampur dengan daun pakis (Paku) dan petai (Petakh tuha), dan dibubuhi (tikhancah) ikan kering (iwa nyangu). Gulai bebat bisa tahan dua hingga tiga hari asal dipanaskan dengan baik, dan cenderung semakin lama semakin enak terasa. Sebagian orang mengatakan gulai bebat yang dipanaskan kembali (gulai bebat tangandop) terasa lebih sedap.
________________________________________________________________________________

Sedangkan daun bebat yang sudah mekar bila dimasak akan menjadi agak kenyal dan tidak mudah robek, inilah yang biasa dibuat Pandap/babutuk, dengan ditambahkan parutan kelapa dan bumbu rempah-rempah (Babukha), dan ikan yang dihaluskan sebagai pelengkap yang ada ditengah-tengahnya.

 Pandap/babutuk adalah makanan/masakan khas tradisional Krui, Lampung Barat, dan Bengkulu, yang berakar sejak jaman nenek moyang, purbakala. Namun kini  Pandap/babutuk mulai meredup, mulai tidak popular lagi, kalah bersaing dengan makanan-makanan modern yang banyak dijual di restoran dan mini market. Kalau dahulu banyak penjaja  Pandap/babutuk keliling setiap hari, kini sudah jarang. Makanan ini sekarang sudah agak sulit dicari, kendati belum tergolong langka. Jangan berharap Anda akan menemui makanan ini di restoran atau di warung-warung makan di Krui.



 Pandap/babutuk adalah makanan penyerta nasi atau dianggap sebagai bagian dari lauk-pauk. Namun oleh sebagian orang, kadang-kadang makanan ini juga disantap dengan sendirinya, tanpa nasi. Bagi yang suka, menyantap makanan ini tanpa nasi memberi sensasi rasa yang lebih tajam di lidah.
Cara membuatnya cukup sederhana: parutan kelapa yang sudah diberi bumbu dan potongan ikan, dibungkus  dengan beberapa lembar daun bebat (5 sampai 10 lembar), kemudian dibungkus (Tisimpok) dengan beberapa lapis daun pisang (Bulungni Punti), dan diikat dengan tali serat rami, kemudian direbus selama berjam-jam sampai matang.



Catatan:
Bagi yang tidak bisa memasaknya atau belum ahli jangan coba-coba karena akan menimbulkan rasa gatal di tenggorokan ketika dimakan..



Sumber :
http://novenrique.blogspot.com dan beberapa penambahan dari saya pribadi..

Sabtu, 25 Februari 2012

AKSARA KEKAYAAN NUSANTARA

Sebelum hadirnya aksara Arab dan Latin sekarang, tulisan yang lazim dipergunakan di kawasan Asia Tenggara (kecuali di Vietnam dan sebagian kalangan penduduk Cina Selatan) diduga sebagian besar dari pengaruh India. Begitu pun halnya yang terjadi di Nusantara para sarjana (pribumi dan asing) hampir selalu mengajukan pendapat senada bahwa aksara di Nusantara hadir sejalan dengan berkembangnya unsur (Hindu-Buda) dari India yang datang dan menetap, melangsungkan kehidupannya dengan menikahi penduduk setempat. Maka sangat wajar, langsung atau tidak langsung disamping mengenalkan budaya dari negeri asalnya sambil mempelajari budaya setempat di lingkungan pemukiman baru, salah satu implikasinya adalah bentuk aksara (de Casparis 1975).  

1. AKSARA RENCONG
 Aksara rencong adalah istilah yang mula-mula digunakan oleh para peneliti belanda untuk merujuk pada aksara surat ulu yang digunakan di kawasan ulu (pegunungan) sumatra, khususnya di kerinci, bengkulu, sumatra selatan, dan lampung. Bersama dengan aksara-aksara daerah lain di sumatra, surat ulu merupakan turunan dari aksara pallawa. Pada masa lalu surat ulu dituliskan pada bambu, tanduk kerbau, dan kulit kayu.
Aksara ulu yang kadang-kadang juga dinamakan aksara kaganga berdasarkan tiga huruf pertama dalam urutan abjadnya, masih serumpun dengan surat batak (aksara batak).



2. AKSARA BATAK
sistem tradisi penulisan didalam bahasa batak toba diduga telah ada sejak abad ke-13,dengan aksara yang mungkin berasal dari aksara jawa kuno, melalui aksara sumatera kuno. Aksara ini bersifat silabis artinya tanda untuk menggambarkan satu suku kata/silaba atau silabis. Jumlah lambang /tanda itu sebanyak 19 buah huruf yang disebut juga induk huruf dan ditambah 7 jenis anak huruf.
Pada dasarnya huruf /ka/ tidak pernah ditemukan dalam bahasa batak toba, misalnya orang batak toba pada mulanya bila menyebutkan kopi adalah hopi, dan hoda [bukan kuda]. Tetapi sekarang ini orang batak tidak lagi menyebutnya hopi melainkan kopi, itulah perubahan pelafalan dalam bahasa batak toba.



3. AKSARA LAMPUNG
aksara lampung yang disebut dengan had lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara pallawa dari india selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam huruf arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.



4. AKSARA SUNDA
Aksara sunda kuna merupakan aksara yang berkembang di daerah Jawa Barat pada abad xiv-xviii yang pada awalnya digunakan untuk menuliskan bahasa sunda kuna. Aksara sunda kuna merupakan perkembangan dari aksara pallawa yang mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah lontar pada abad xvi.



5. AKSARA JAWA
hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan atau cacarakan (bahasa sunda) adalah aksara turunan aksara brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa jawa, bahasa madura, bahasa sunda, bahasa bali, dan bahasa sasak.
Aksara jawa modern adalah modifikasi dari aksara kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara ha yang mewakili dua huruf yakni h dan a, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara na yang mewakili dua huruf, yakni n dan a, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”. Dengan demikian, terdapat penyingkatan cacah huruf .dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan penulisan aksara latin.



6. AKSARA BALI
aksara bali adalah huruf tradisional masyarakat bali dan berkembang di bali. Aksara bali merupakan suatu abugida yang berpangkal pada huruf pallawa. Aksara ini mirip dengan aksara jawa. Perbedaannya terletak pada lekukan bentuk huruf.




7. AKSARA BUGIS/LONTARA
sejarahnya lontara mempunyai dua pengertian dalam bahasa bugis,yakni 1).lontara sebagai sejarah dan ilmu pengetahuan,dan 2).lontara sebagai tulisan. Kata lontara berasal dari bahasa bugis yang berarti daun lontar karena awalnya ditulis dalam daun lontar. Daun lontar ini memiliki lebar kira-kira 1 cm sedangkan panjangnya disesuaikan dengan panjangnya tulisan. Tiap – tiap daun lontar disambungkan dengan menggunakan benang lalu digulung pada jepitan kayu, yang bentuknya mirip gulungan pita kaset. Cara membacanya dari kiri ke kanan.aksara lontara biasa juga disebut dengan sulapaq eppaq.



8. Aksara Abugida  ( Sumatera Utara )



9. Aksara Incung  ( Kerinci, Jambi )



10. Aksara Ulu  ( Sumatera Selatan )



11. Aksara Minangkabau
Orang sudah menduga-duga bahwa Minangkabau pada jaman dahulu mempunyai huruf asli seperti yang ada pada suku Jawa, Batak, Lampung, Bugis dan lain-lain. Tetapi tidak ada ditemui satu bukti bahwa memang Minangkabau ada mempunya huruf asli itu.
Maka dengan secara kebetulan dalam Seminar Sejarah dan Kebudayaan Minangkabau di Batusangkar dalam bulan Agustus 1970 dapat ditemui huruf asli Minangkabau itu dalam buku Tambo Pusaka kepunyaan Datuk Suri Dirajo dan Datuk Bandaro Kayo yang berasal dari Pariangan Padangpanjang – kampung pertama di Minangkabau.
Huruf-huruf asli ini terdiri dari 15 buah aksara dengan tanda-tanda vokalnya. Anehnya huruf Minangkabau asli itu hampir sama dengan tulisan Ulu di Palembang yang terdiri dari 16 dan 17 huruf. Kemungkinan juga tulisan Ulu itulah yang mula-mula kemudian dibawa ke Minangkabau atau terjadi sebaliknya, menilik perjalanan sejarah.
Inilah abjadnya huruf Minangkabau asli itu:







Sumber referensi
http://kabepiilampungcom.wordpress.com
http://criz-scania.blogspot.com
http://id.wikipedia.org
http://criz-scania.blogspot.com
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi
http://www.slideshare.net
TAMBO ALAM MINANGKABAU, H. Datoek Toeah


 Aksara Palawa

Kamis, 23 Februari 2012

ASAL USUL NAMA “LAMPUNG”

sumber: http://pubianartikel.blogspot.com/2010/11/asal-usul-nama-lampung.html

Bila di telusuri, baik berdasarkan hasil penelitian ahli sejarah maupun berdasarkan cerita rakyat, maka dapat kita disimpulkan terdapat 5 pendapat tentang asal-usul timbulnya nama ”LAMPUNG”...


  1. Menurut hasil penyelidikan Residen Lampung yang pertama, bangsa Belanda yang berkuasa  di Lampung menyatakan asal mula nama Lampung mengambil dari kata sebutan Puyang si Lampung. Puyang si Lampung adalah Ratu Belalau di Sekala Bekhak di sekitar Gunung Pesagi. Tercatat dalam buku sejarah Majapahit bahwa; Sang Dewa Senembahan dan istrinya Widodari Sinuhun mempunyai 3 orang anak. Si Jawa memerintah Kerajaan Majapahit, Si Pasundan yang memerintah Kerajaan Pajajaran dan Si Lampung memerintah Keratuan Belalau di Sekala Bekhak.
  1. Lampung berasal dari atas. Yang mana hal ini menunjukkan bahwa; nenek moyang kita (ulun Lampung) berasal dari daerah yang tinggi/daerah pegunungan. Daerah tinggi atau pegunungan yang dimaksud, yaitu antara lain dari Sekala Bekhak, sekitar kaki Gunung Pesagi sekarang bernama Kecamatan Belalau.

  1. Lampung berasal dari kata-kata Lappung dalam bahasa ”BATAK” yang berarti Besar. Disaat terjadi letusan gunung berapi di Pulau Andalas bagian Utara yang akhirnya sekarang berubah menjadi Danau Toba. Empat bersaudara menyelamatkan diri sebab adanya bencana tersebut. Mereka menggunakan rakit/perahu masing-masing, diantara keempat bersaudara ini antara lain benama Ompung Silamponga terdampar di pantai laut Krui, ia langsung mendarat dan kemudian mendaki Gunung Pesagi. Dari puncak gunung, ia melihat pemandangan yang besar dan luas nan indah. Melihat pemandangan luas nan indah membuat Ompung Silamponga sangat takjub sehingga Ompung Silamponga berteriak ”Lappung, lappung, lappung”. Berdasarkan hikayat di atas, maka besar kemungkinan bahwa; nenek moyang kita (ulun Lampung) berasal dari daerah/suku BATAK. Persamaan antara Lampung denga Batak dapat kita lihat pada aksara Lampung KA-GA-NGA, suku Batak pun demikian. Daun dalam bahasa Lampung diucapkan ”Bulung” dalam bahasa Batak ”Bolung” dsb. Lampung mempunyai salah satu Kebuaian yang bernama Buai Manik Batak bermarga Makhga Manik.. Di samping itu suku Batak mengakui bahwa; mereka adalah satu keturunan dengan Lampung.

  1. Menurut hasil penelitian ahli sejarah asal Belanda yaitu Prof. Dr. Krom, bahwasanya istilah Lampung berasal dari bahasa Cina. Menurut dialek bahasa Cina ”Lampohwang” yang maksudnya adalah Lampung. Hal ini tercatat dalam buku Prof. Dr. Krom yang berjudul ”Zaman Hindu” halaman 48. Menurutnya pada abad ke 4 masehi, Kerajaan Tulangbawang di Lampung telah mengirimkan utusan ke Kerajaan di Cina tepatnya di Kota Kwancou. Kota Kwancou selain merupakan sentra perdagangan yang maju, keamanan di kota ini pun terjamin. Oleh sebab itu Kwancou ramai didatangi para pedagang dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

  1. Menurut cerita rakyat, khususnya tokoh-tokoh adat kelompok Lampung Peminggikh. Nama Lampung berasal dari salah satu peristiwa yang terjadi di lautan. Pada kala itu nenek moyang Kelompok Lampung Peminggikh berlayar. Mereka mencari tempat pemukiman baru yang subur untuk becocok tanam. Di tengah perjalanan, kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing oleh gelombang ombak yang besar disebabkan angin ribut. Terkadang kapal/perahu mereka hampir tenggelam dan terkadang normal (terapung). Laut tempat kejadian yang menerpa mereka kala itu mereka namai Lampung yang berasal dari kata atau kalimat tenggelam (tiselam) dan terapung (tiapung). Kemungkinan kejadian itu di laut antara Kalianda dan Laut Telukbetung, sehingga timbulnya nama Teluk Lampung. 

Rabu, 22 Februari 2012

KRUI KOTA WISATA


 

Kalau Anda melintas di jalur lintas barat Sumatera, cobalah mampir di pesisir Krui, Lampung Barat. Di sana Anda bisa melepas lelah sambil duduk-duduk di tepi pantai, di batu-batu karang nan romantis, atau di bawah rindang pohon nyiur, di tepi pantai berpasir putih yang berkilau dijilat ombak. Atau jika Anda pandai berselancar, Anda bisa mencobanya di surf Tanjung Setia, jangan mau kalah dengan peselancar mancanegara. Jika Anda punya banyak waktu, Anda bisa mencoba hiking atau jungle run ke hutan damar, sambil menikmati pesona sungai-sungainya yang dangkal berbatu dengan gemercik air yang jernih.

Jarak pesisir Krui dari Bandarlampung sekitar 250 km dengan melewati Kota Agung di teluk Semangka. Sedangkan jarak dari Kota Agung ke Krui kurang lebih 150 km. Kalau Anda melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi, pesisir Krui adalah tempat persinggahan yang tepat untuk melepas lelah, setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam dari Bandarlampung.

Krui adalah nama sebuah kota kecil di pesisir barat provinsi Lampung, sedangkan pesisir Krui adalah sebutan untuk daerah sepanjang pesisir barat provinsi ini. Sebutan pesisir Krui hanya untuk mempermudah orang mengingat daerah ini karena Krui adalah kota terbesar dan terletak di tengah-tengah daerah, dan karena Krui sudah dikenal sejak lama, jauh sebelum orang mengenal nama-nama lain di sepanjang pesisir ini.
Di provinsi Lampung, Krui dikenal sebagai daerah penghasil damar mata kucing. Damar mata kucing adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon damar (shorea javanica). Damar mata kucing ini merupakan sebuah komoditas hasil perkebunan yang unik karena hanya ada di daerah ini, atau karena mutunya yang berbeda dari damar-damar yang ada di daerah lain. Sampai saat ini, krui adalah daerah penghasil damar mata kucing terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di dunia.

Dalam dekade terkahir ini, nama Krui mencuat di dunia internasional karena pariwisatanya, khususnya wisata selancar. Khusus wisata selancar ini, Krui sudah banyak diekspos oleh majalah-majalah selancar mancanegara. Diharapkan, dalam waktu yang tidak lama lagi, Krui akan melejit menjadi daerah tujuan wisata selancar utama di Indonesia selain Bali, Lombok, dan kepulauan Mentawai.

Selain wisata selancar, Krui juga menawan untuk tujuan wisata air lainnya seperti berenang, memancing, dan menyelam. Hamparan air laut yang jernih dan bebas polusi di daerah ini menggoda siapa saja untuk terjun ke dalamnya, atau sekedar berjalan menikmati jilatan ombak di tepi pantai.

Jika Anda tidak bisa berselancar, tapi suka melihat orang berselancar, singgahlah di Tanjung setia. Di sana, Anda akan disambut oleh ombak-ombak besar yang seolah tiada henti, jika musim selancar tiba. Menonton orang berselancar sambil duduk-duduk di balai-balai, dibawah pohon yang rindang, adalah kenikmatan tersendiri. Kalau Anda tidak bisa berselancar, Anda bisa berenang di tepian, atau mencoba memancing di terumbu karang, ketika laut surut, bersama penduduk setempat.

Kalau Anda kelelahan dan perlu istirahat semalam, di Tanjung Setia banyak terdapat cottage atau pondok-pondok dengan fasilitas yang lumayan. Sedianya cottage dan pondok-pondok ini untuk para peselancar, jika musim selancar tiba, tapi ketika musim selancar sudah habis, biasanya pondok-pondok ini juga disewakan untuk umum.

jika Anda lebih suka tempat yang agak ramai, Anda bisa singgah di kota Krui, sekitar 22 km dari Tanjung Setia. Di sini Anda bisa menikmati keindahan pantai Labuhan Jukung yang terkenal itu, hanya sekitar 1 km dari pusat kota. Di pantai Labuhan jukung, Anda bisa berenang, memancing, atau menyelam. Jika musim selancar tiba, Anda juga bisa berselancar di sini. Dalam waktu-waktu tertentu, terdapat tanda larangan berenang di beberapa titik di pantai ini, untuk menjaga keselamatan pengunjung.

Sekitar 17 km dari Krui ke arah utara, terdapat sebuah tempat yang tidak kalah elok, yang bernama Tembakak. Berhadapan dengan sebuah pulau kecil yang bernama Pulau Pisang, Tembakak adalah sebuah tempat yang menawan untuk melepas lelah. Tempat ini adalah tempat singgah para pengendara yang melintasi jalur lintas barat Sumatera. Di sini, Anda bisa duduk-duduk di atas batu-batu, sembari menyaksikan ribuan batu-batu besar lain yang berserak di sana sini, yang bergeming diamuk ombak.

Bosan dengan laut, Anda bisa mencoba wisata alam. Hutan damar di Krui adalah sebuah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Di sana Anda bisa menyaksikan bagaimana petani setempat ngunduh damar. Ngunduh damar adalah sebuah pemandangan unik bagi yang belum pernah menyaksikannya. Atau, kalau tidak, bercanda dengan monyet-monyet yang berayun-ayun di dahan pohon juga tidak kalah nikmat. Atau anda bisa menikmati sejuknya sungai berbatu yang banyak terdapat di sela-sela hutan damar ini. Mandi di sungai berbatu dengan airnya yang sejuk dan jernih adalah sebuah sensasi tersendiri yang sulit dilukiskan dengan kata-kata.***

sumber : http://novenrique.blogspot.com/2010/04/pesisir-krui-nan-elok.html

Krui adalah ibukota kecamatan Pesisir Tengah di dalam Kabupaten Lampung Barat, Lampung. Krui berada di daerah pesisir Samudera Hindia.

Sebagai daerah pesisir, Krui memiliki potensi pariwisata terutama wisata pantai. Tempat-tempat yang sering dijadikan tempat wisata dan sering dikunjungi adalah Pantai Labuhan Jukung dan Pantai Walur. Pantai Tanjung Setia dan Banyak lagi. Potensi sumber daya alam yang dihasilkan adalah dari hasil bumi yang sudah dikenal dunia internasional seperti damar, kopi, lada dan cengkeh

Sumber pendapatan masyarakat kebanyakan dari berdagang, nelayan dan bertani. Mayoritas penduduk krui terutama pasar krui adalah pendatang dari daerah lain kecuali warga desa Ulu Krui dan warga desa Way Napal (asal keturunan suku Lampung), sebenarnya ada beberapa daerah yang merupakan masyarakat asli lampung Pedada, Bandar, La’ay dan Way Sindi yang menurut kisah adalah keturunan dari Suku Tumi (Suku asli Lampung) yang lari saat Kerajaan Sekala Brak dikalahkan oleh 4 putra Raja Pagaruyung yang selanjutnya menjadi cikal bakal penyebaran dan keturunan suku Lampung. Kemudian suku Tumi yang lari tersebut dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak.Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya.

Krui saat ini sedang dalam persiapan menjadi Kabupaten Pesisir yang wilayahnya nanti terdiri dari 8 Kecamatan meliputi dari daerah Bengkunat,pesisir selatan sampai dengan Pugung,pesisir utara. Bila dikemudian hari telah diresmikan menjadi Kabupaten Pesisir berarti secara administratif memisah dari Kabupaten Lampung Barat.

Kita tunggu akankah itu terwujud..??


http://seandanan.wordpress.com/2010/01/12/mengenal-lebih-jauh-krui-lampung-barat/

PENCARIAN

LAMBANG PAKSI BEJALAN DIWAY

LAMBANG PAKSI BEJALAN DIWAY
PEKON PERPASAN (WAY NUKAK) KRUI PESISIR BARAT